BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup
sendiri. Dalam hidup, manusia selalu berinteraksi dengan sesama serta dengan
lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam
kelompok kecil. Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan
kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati
dan menghargai. Keteraturan hidup ini perlu saling dijaga. Hidup yang teratur
adalah impian setiap insane. Menciptakan dan menjaga kehidupan yang harmonis
adalah tugas manusia.
Manusia adalah makhluk Allah SWT. yang paling tinggi
dibanding makhluk Allah SWT. yang lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk
berpikir, kemampuan untuk memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang
buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan
dengan baik. Allah SWT menjadikan manusia sebagai khalifah dimuka bumu hanya
untuk menyembah dan beribadah kepada-Nya. Mengerjakan segala perintah-Nya,
mulai dari shalat, puasa, zakat, dan segala hal yang mendatangkan kemaslahatan
bagi diri manusia itu sendiri dan menjauhi larangan-Nya agar dapat mencegah
kerusakan dimuka bumi.
Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan
baik, kehidupan sosial manusia pun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah
dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa
pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri. Dengan berjiwa pemimpin,
manusia akan dapat mengelola diri, kelompok dan lingkungan dengan baik.
Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relative pelik dan sulit. Disinilah
dituntut kearifan seseorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah
dapat terselesaikan dengan baik.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
Pengertian Kepemimpinan?
2.
Bagaimana
Pemimpin Efektif?
3.
Bagaimana
Ciri-ciri Pemimpin Menurut Islam?
4.
Bagaimana
Prinsip Kepemimpinan Menurut Islam?
5.
Bagaimana
Gaya Kepemimpinan Dalam Islam?
6.
Apa
Sifat Pemimpin Islam?
7.
Bagaimana
Kepemimpinan Menurut Al-Quran?
8.
Bagaimana
Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. dan Sahabatnya?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kepemimpinan
Kata modern “to lead” jelas diambil
dari ekspresi Viking. Pada masa sekarang ini kita menggambarkan beberapa
organisasi yang berisi kumpulan dan aliran “pengetahuan” dan “informasi” serta
dijalankan oleh “pekerja pengetahuan”. Ada banyak definisi tentang
kepemimpinan. Tetapi bagi kita, secara mendasar leadership berarti
mempengaruhi orang. Ini merupakan definisi yang luas dan termasuk didalamnya bermacam-macam
perilaku yang diperlukan untuk mempengaruhi orang lain. Sebagian besar
prespektif leadership memandang pemimpin sebagai sumber pengaruh. Pemimpin
dalam memimpin pada dasarnya mempengaruhi dan para pengikutnya mengikuti.
Pemimpin untuk abad millennium adalah pemimpin
sebagaimana dalam firman Allah SWT. Dalam surat An-Nur (24) ayat 55,yang
artinya: “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriaman diantara
kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa dia sungguh-sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa dibumi, sebagaimana Dia telah orang-orang sebelum
mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka,
sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap
menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan
barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah
orang-orang yang fasik. (An-Nur (24):55).[1]
Kepemimpinan adalah pengaruh yang efektif.
Kepemimpinan adalah meyakinkan orang lain untuk memperbaiki minta-minta mereka
sendiri dan dia mau menerima tujuan-tujuan dari satu kelompok seperti miliknya
sendiri. [2]
Imam Ali bin Abi Thalib mendefinisikan keadilan
sebagai menempatkan sesuatu pada tempatnya yang layak. Keadilan bak hukum umum
yang dapat ditetapkan kepada manajemen dari urusan masyarakat. Keuntungannya
bersifat universal dan serba mencakup. Ia sautu jalan raya yang melayani semua
orang setiap orang.
Jelaslah kata leadership sendiri merupakan muatan
nilai. Kita biasanya memikirkan kata tersebut dengan positif, yaitu seseorang
yang mempunyai kapasitas khusus. Sebagian besar dari kita akan menjadi seorang
pemimpin dari pada seorang manejer, atau seorang pemimpin daripada seorang
politikus. Sering kata leadership mengacu pada peran daripada perilaku.
Menurut Murtadha Muttahari , umat manusia berbeda
dalam hal keimanan dan kesadaran mereka akan akibat dari perbuatan dosa.
Semakin kuat iman dan kesadaran mereka untuk berbuat dosa. Jika derajat
keimanan telah mencapai intuitif (pengetahuan yang didapat tanpa melalui proses
penalaran) dan pandangan batin, sehingga manusia mampu menghayati persamaan
antara orang melakukan dosa dengan melemparkan diri dari puncak gunung atau
meminum racun, maka kemungkinan melakukan dosa pada diri yang bersangkutan akan
menjadi nol.[3]
Pada dasarnya kepemimpinan mengacu pada suatu proses
untuk menggerakkan sekelompok orang menuju kesuatu tujuan yang telah ditetapkan
atau disepakati bersama dengan mendorong atau memotivasi mereka untuk bertindak
secara yang tidak memaksa. Dengan kemampuannya seorang pemimpin yang baik mampu
menggerakkan orang-orang menuju tujuan jangka panjang dan betul-betul merupakan
upaya memenuhi kepentingan mereka yang terbaik. Tujuan tersebut bisa bersifat
umum, seperti menyebarkan ilmu yang bermanfaat keseluruh dunia, atau khusus
seperti mengadakan konferensi mengenai isu tersebut. Apapun cara yang dilakukan
pemimpin hasilnya haruslah memenuhi kepentingan terbaik orang-orang yang terlibat
dalam tujuan jangka panjang yang nyata.
Dengan demikian kepemimpinan dapat dikatakan
sebagai peranan dan juga suatu proses untuk mempengaruhi orang lain. Pemimpin
adalah anggota dari suatu perkumpulan yang diberi kedudukan tertentu dan
diharapkan dapat bertindak sesuai dengan kedudukannya. Seorang pemimpin adalah
juga seesorang dalam suatu perkumpulan yang diharapkan dapat menggunakan
pengaruhnya untuk mewujudkan dan mencapai tujuan kelompok. Sehingga dapatlah
dikatakan bahwa seorang pemimpin yang jujur ialah seorang yang memimpin dan
bukan seorang yang menggunakan kedudukan untuk memimpin.[4]
Selain itu kepemimpinan juga adalah kemampuan untuk
menjalankan pekerjaan melalui orang lain dengan mendapatkan kepercayaan dan
kerja sama. Hampir semua aspek pekerjaan dipengaruhi dan tergantung pada
kepemimpinan. Terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi efektivitas
kepemimpinan yang meliputi latarbelakang pemimpin tersebut, pengalaman, harapan
terhadap kebijakan dan prosedur organisasi, kecenderungan umum industry dan
norma-norma sosial.
B.
Ciri-ciri Pemimpin Menurut Islam
Rasulullah SAW. dalam sabdanya menyatakan bahwa
pemimpin suatu kelompok adalah pelayan pada kelompok tersebut. Sehingga sebagai
seorang pemimpin hendaklah dapat dan mampu melayani serta menolak orang lain
untuk maju dengan ikhlas. Beberapa ciri penting yang menggambarkan kepemimpinan
islam adalah sebagai berikut:[5]
1. Setia. Pemimpin dan orang yang dipimpin terikat
kesetiaan kepada Allah SWT.
2. Terikat pada tujuan. Seorang pemimpin ketika diberi
amanah sebagai pemimpin dalam melihat tujuan organisasi bukan saja berdasarkan
kepentingan kelompok, tetapi juga dalam ruang lingkup tujuan islam yang lebih
luas.
3. Menjunjung tinggi Syariah dan Akhlak Islam. Seorang
pemimpin yang baik bilamana ia merasa terikat dengan peraturan islam, dan boleh
menjadi pemimpin selama ia tidak menyimpang dari syariah. Waktu ia melaksanakan
tugasnya ia harus patuh kepada adab-adab islam, khususnya ketika berhadapan
dengan golongan oposisi atau orang-orang yang tidak sepaham.
4. Memegang Teguh Amanah. Seorang pemimpin ketika
menerima kekuasaan menganggap sebagai amanah dari Allah SWT. yang disertai oleh
tanggung jawab. Al-Quran memerintahkan pemimpin melaksanakan tugasnya untuk
Allah SWT dan selalu menunjukkan sikap baik kepada orang yang dipimpinnya.
5. Tidak sombong. Menyadari bahwa diri kita ini adalah
kecil, karena yang besar dan Maha Besar hanya Allah SWT. sehingga hanya
Allah-lah yang boleh sombong. Sehingga kerendahan hati dalam memimpin merupakan
salah satu ciri kepemimpinan yang patut dikembangkan.
6. Dispilin, konsisten dan konsekuen. Merupakan ciri
kepemimpinan dalam islam dalam segala tindakan, perbuatan seorang pemimpin.
Sebagai perwujudan seorang pemimpin yang professional akan memegang teguh
terhadap janji, ucapan dan perbuatan yang dilakukan, karena ia menyadari bahwa
Allah SWT. mengetahui semua yang ia lakukan bagaimana pun ia berusaha untuk
menyembunyikannya.
C.
Prinsip Kepemimpinan
Kepemimpinan
menurut islam ialah sebagai berikut:[6]
1. Musyawarah.
Mengutamakan musyawarah sebagai
prinsip yang harus diutamakan dalam kepemimpinan islam. Al-Quran dengan jelas
menyatakan bahwa seorang yang menyebut dirinya sebagai pemimpin wajib melakukan
musyawarah dengan orang yang berpengetahuan atau orang yang berpandangan baik.
Melalui musyawarah memungkinkan seluruh komunitas islam akan turut serta
berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan, dan sementara itu pada saat
yang sama musyawarah dapat berfungsi sebagai tempat untuk mengawasi tingkah
laku para pemimpin jika menyimpang dari tujuan semula.
2. Adil.
Pemimpin sepatutnya mampu
memerlakukan semua orang secara adil, tidak berat sebelah dan tidak memihak.
Selain memegang teguh prinsip keadilan sebagai dasar tegaknya masyarakat islam,
pemimpin organisasi islam juga sepatutnya mendirikan badan peradilan internal
atau lembaga hukum untuk menyelesaikan berbagai perbedaan atau sengketa dalam
kelompok itu.
3. Kebebasan berpikir
Akibat manusia tidak mengindahkan
peringatan Allah SWT. maka Allah SWT. berfirman dalam sratu Al khafi (18) ayat
54 yang artinya: “ dan sesungguhnya kami telah mengulang-ulangi bagi manusia
dalam Al-Quran ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang
paling banyak membantah. (Al-Khafi (18):54). Pemimpin yang baik adalah mereka
yang mampu memberikan ruang dan mengundang anggota kelompok untuk mampu
mengemukakan kritiknya secara konstruktif.
D.
Gaya Kepemimpinan dalam Islam
Dalam
islam gaya kepemimpinan ialah sebagai berikut:[7]
1. Pencari kegembiraan.
Mereka adalah orang-orang pengambil resiko ketika
marah menjadi agresif atau pasif, adalah pendiri atau pencipta, memiliki
artikulasi verbal dan banyak bicara, antusias, termotivasi dan lain sebagainya.
2. Pencari rinci atau detail.
Mereka menanyakan bagaimana, akan menanyakan detail
secara spesifik, mengukur kompetensi anda dengan seberapa banyak waktu yang
anda gunakan dalam proyek, sensitive dan akurat, perfeksionis, berkonsentrasi
pada detail,pengambil keputusan yang hati-hati.
3. Pencari hasil
Mereka bertanya
tentang apa dan kapan, membuat pernyataan, memberitahukan orang lain tentang
apa yang harus dilakukan, tidak mentolelir kesalahan, tidak memiliki perasaan
pada orang lain, menyepelekan saran dari orang lain, berani menghadapi resiko.
4. Pencari Keharmonisan
Mereka bertanya mengapa, mempertahankan hubungan, tipe
pembimbing atau tipe keibuan, memiliki masalah-masalah dunia, konsentrasi pada
tugas, pendengar yang baik, tak suka konflik interpersonal takut akan
ketidakamanan dan takut salah.
Berkaitan
dengan gaya kepemimpinan diatas tentu yang terbaik bilaman kita dapat mengikuti
sunatullah, sebagaimana firman Allah SWT. surat Al-Baqarah (2) ayat 119, yang
artinya: “sesungguhnya kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran,
sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan
diminta (pertanggung jawaban) tentang penghuni-penghuni neraka. (Al-Baqarah
(2): 119).
E.
Sifat Pemimpin Islam
Pendapat
adalah jasad yang diam tidak bergerak dan tidak memiliki kehidupan selama tidak
ditiupkan ruh islam. Pendapat adalah gua yang gelap gulita tidak bercahaya
hingga islam memberikan cahayanya. Pendapat adalah angkasa yang berkabut,
sedangkan islam adalah bintang yang bersinar. Pendapat menciptakan kesusahan
dan membuat rintangan, mendengarkan khayalan-khayalan jasad, menimbulkan
syuhbat dan memunculkan keraguan, sedangkan islam menundukkan bahaya,
mengguncangkan gunung, mengubah manusia dan hal itu tidak akan terjadi kecuali
dengan mencetak pemimpi. Sifat pemimpin islam ialah:[8]
1. Iman dan Tauhid
2. Ketaatan
3. Kebersihan Hati
4. Penunjukan sebagai khalifah dimuka bumi
Pada
dasarnya seorang pemimpin haruslah memiliki bobot kepemimpinan dengan
sifat-sifat positif dan kelebihan-kelebihan tertentu. [9]
1)
Beriman
dan bertakwa (Q.S. 25 Al-Furqan: 72-74).
2)
Kelebihan
Jasmani (Q.S. 2 Al-Baqarah 247)
3)
Terampil
dan berpengetahuan (H.R. Bukhari)
4)
Kelenihan
Batin (Q.S. 3 Ali Imran 159.)
5)
Keberanian
(Q.S. 3 Ali Imran 173)
6)
Adil
dan Jujur (Q.S 4 An-nisa 53)
7)
Bijaksana
(Q.S. An-Nahl 38)
8)
Demokratis
(Q.S. 42 Asy Syura 38)
9)
Penyantun
(Q.S. 15 Al Hijr 88)
10)
Paham
Keadaan umat (H.R. Bukhari dan Muslim)
11)
Ikhlas
dan rela berkorban.
12)
Qanaah
(kesederhanaan).
13)
Istiqomah
(Q.S. 46 Al Ahqaf: 13)
14)
Aqhlaqul
karimah (sifat-sifat mulia)
F.
Kepemimpinan Menurut Al-Quran
Dalam
islam, pemegang fungsi kepemimpinan biasa disebut “imam” dan kepemimpinan itu
sendiri disebut “imamah”. Pemimpin negara, dalam sejarah kebudayaan Islam biasa
digunakan khalifah, amir, dan sultan. Istilah lain yaitu “idarah”atau
management. Pengertian khalifah sebagai penguasa, banyak ragam dan jenis
kekuasaan tersebut, baik secara operasional maupun konsepsional. Khalifah juga
mengandung arti yang universal tergantung dimana kita menempatkan penguasaan
tersebut didalam pembahasan. [10]
Allah
menjanjikan anugerah kepemimpinan bagi orang-orang yang beriman, justru karena
merekalah yang seharusnya memimpin yang dapat mengurus umat dengan
sebaik-baiknya. Orang-orang yang beriman berhak menjadi pemimpin karena mereka
memiliki dasar moral (akhlak yang dapat memelihara amanah kepengurusan umat).
Dengan dasar takwa kepada Allah mereka dapat memutar roda pemerintahan dan
memegang kendali kepengurusan dengan baik dan bertanggung jawab.
Seorang
ulama bernama SyekAbu Zahra dari kelompok sunni menyamakan arti khilafah dan
imamah. Ia berkata “Imamah itu disebut juga sebagai Khilafah. Sebab orang yang
menjadi Khilafah adalah penguasa tertinggi bagi umat islam yang menggantikan
Rasul SAW. Khalifah itu juga disebut sebagai imam (pemimpin) yang wajib di
taati. Manusia berjalan dibelakangnnya, sebagaimana manusia shalat dibelakang
imam. [11]
Meskipun
Islam mewajibkan umatnya agar taat kepada pemimpin, namun ketaatan itu tidak
bersifat mutlak. Hilal (2005) mengemukakan pendapatnya bahwa: Ketaatan rakyat kepada pemimpin dibatasi
oleh beberapa persyaratan, yaitu:
1. Pemimpin dimaksud memiliki komitmen kepada syari’at
Islam dengan menerapkannya dalam kehidupan.
Ali
bin Abi Thalib berkata, “Wajib bagi imam (pemimpin) memerintah dengan aturan
yang diturunkan Allah Swt. dan menyampaikan amanah. Apabila ia melaksanakan
demikian, maka wajib bagi rakyat menaatinya.”
2. Pemimpin harus adil.
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا
وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ
نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا(النساء:58(
“Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat” (QS An-Nisa`: 58)
Pemimpin dimaksud tidak
menyuruh manusia melakukan maksiat. Islam menyuruh kita melakukan amar
ma’ruf nahi munkar. Maka ketika ada pemimpin mengajak dan membiarkan
kemaksiatan merajalela, seperti minuman keras, zina, riba, korupsi, dan bentuk
kejahatan lainnya, maka kita tidak boleh menaatinya. Sebaliknya, kita harus
meluruskannya. Laa thaa’ata limakhuluuqin fii ma’shiyatil khaliq (tidak
ada ketaatan kepada pemimpin yang mengajak maksiat kepada Allah SWT).
Di masyarakat kita yang
paternalistik ini, kadang masyarakat kurang bisa mengaktualisasikan ketaatan
mereka kepada pemimpinnya. Sekelompok orang menindas, menganiaya, dan meneror
kelompok lain atas perintah pemimpinnya. Harus ada gerakan yang mengingatkan
pemimpin zalim seperti itu, dan menyadarkan pengikutnya agar tidak menaati
kemaksiatan yang diperintahkan oleh pemimpinnya.
G.
Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. dan Sahabat Nabi
1) Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.
Rasul
Muhammad sebagai suri teladan yang harus diikuti kaum muslimin, memiliki akhlak
yang agung dan luhur. Dengan keluhuran akhlak itulah beliau berdakwah, mengajak
manusia menuju jalan yang di Ridhoi Allah. Diantara akhlak Nabi yang terpuji,
ialah sikap pemaaf dan kasih terhadap sesamanya, meskipun beliau sering dihina,
difitnah dan disakiti orang lain.
Selain
bersikap pemaaf, Nabi SAW, bersikap kasih terhadap sesamanya, kasih terhadap
fakir miskin dan anak-anak yatim. Dalam berbagai kegiatan dakwahnya beliau
selalu memulai kebaikan dari dirinya sendiri dan keluarganya. Ia senantiasa
mengusahakan kebaikan dan memelihara umatnya dari kehancuran dan kenistaan.
Jadi
selain Nabi dan Rasul Allah, Muhammad SAW, adalah seorang kepala negara dan
kepala pemerintahan. Dalam kenyataannya beliau telah mendirikan negara bersama
orang-orang pribumi (Anshar) dan masyarakatnya pendatang (Muhajirin). Beliau
membuat konstitusi tertulis (undang-undang dasar) untuk berbagai suku termasuk
yahudi, memberi perlindungan (proteksi) kepada umat non islam, beliau mengirim
dan menerima duta serta membuat ikrar kebulatan tekad aqabah. Inilah negara
yang jujur tetapi bukan negara teokrasi karena beliau tidak menganggap dirinya
anaka Tuhan. Beliau hamba Allah, pesuruh-Nya dalam menyampaikan rahmat bagi
seluruh alam. (rahmat lil alamin). [12]
Sesungguhnya
yang dimaksud Nabi adalah bahwa Nabi akan meninggalkan dua otioritas yang
menjadi tempat bertanya yentang semua masalah keagamaan dan sosial. Dalam
bagian akhir hadis ini Nabi bersabda “Selama kalian berpegang pada keduanya, kalian
tidak akan sesat,” Jadi persoalannya adalah persoalan mengikuti (berpegang).
Nabi SAW. mendeklarasikan bahwa keturunannya sama dengna Al-Quran. Nabi sendiri
mengatakan bahwa Al-Quran adalah tsaqal besar, sedang keturunannya adalah
tsaqal kecil. [13]
2) Kepemimpinan Umar Ibnu Khaththab
Bagi
umar, memang jabatan buka suatu kebanggaan, pemerintah adalah pelayan rakyat
merupakan ungkapan yang pernah di ucapkan Umar. Karena itu tidak jarang ia
turun kebawah. Kalau menemukan hal-ha yang memerlukan bantuan, tidak
segan-segan ia melakukan fungsi pelayanan secara pribadi, ia lakukan sendiri.
Dalam
Al-Quran surat Al A’ral ayat 199 disebutkan ada tiga macam sikap dan budi
pekerti luhur, yaitu pemaaf Nabi terhadap musuh-musuh nya yang pada awal
mulanya menyakiti beliau apabila mereka bertobat dari perbuatan aniaya itu.[14]
Salah satu dalil yang menggambarkan
tentang kepemimpinan Seorang pemimpin tidak boleh menjalankan kepemimpinannya
dengan mengikuti hawa nafsu. Karena tugas kepemimpinan adalah tugas fi
sabilillah dan kedudukannyapun sangat mulia.
· وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ
أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ
إِمَامًا(الفرقان:74(
“Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan
kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai
penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa”.. (QS Al Furqan: 74)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemimpin
adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang
baik untuk mengurus atau mengatur orang lain. Kepemimpinan adalah kemampuan
seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai
tujuan bersama.
Menyatakan
bahwa dalam menjadi pemimpin dimuka bumi maka manusia harus bisa menjalankan
apa yang telah diamanatkan oleh Allah dan disetiap langkah sebagai seorang
pemimpin, Allah akan memberikan peringatan bagi kaum Muslimin agar selalu
berhati-hati tentang apa yang akan dilakukan sebagai khalifah Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
A-Salua, Ali. Imamh dan Khalifah
dalam tinjauan Syar’I. 1997. Jakarta. Gema Insani Press.
Amini, Ibrahim. Para Pemimpin
Teladan. Al-Huda. 2005. Jakarta.
Dachel Kamars. Administrasi
Pendidikan. 2005. Padang. University Putra Indonesia Press.
Hadari Hanawai. Kepemimpinan
Menurut Islam. 2001. Yogyakarta. Gajah Mada university Press.
Kartini, Kartono. Pemimpin dan
Kepemimpinan. 2004. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Muhammad, as-Suwaidan Thariq,
Faisal. Melahirkan Pemimpin Masa Depan. 2005. Jakarta. Gema
Insani Press.
Muttahari, Murtadha. Manusia dan
Alam Semesta. 2002. Jakarta. Lentera.
Rivai, Veithzal. Kiat
Memimpin dalam abad ke-21. 2004. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Kencana Syafiie,Inu. Ilmu
Politik. 2010. Jakarta. Rineka Cipta.
Permadi, K. Pemimpin dan
Kepemimpinan dalam Manajemen. 1996. Jakarta. Rineka Cipta.
MAKALAH
KEPEMIMPINAN
(LEADERSHIP)
DOSEN PEMBIMBING: H. RIDWANSYAH, S.Pd,
M.Hum
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 10
MAHZAN
NIM: T.MPI.I.2015.007
NURWANI
NIM: T.MPI.I.2015.077
RIKA MARYATI
NIM: T.MPI.I.2015.060
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
SYEKH MAULANA QORI BANGKO
|
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat
waktu.
Adapun maksud dan tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai tugas
kuliah. Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapakan terimakasih kepada:
1. Bapak H. Ridwansyah, S.Pd. M.Hum selaku dosen Pembimbing
2. Kedua orang tua yang telah mendukung dan memberi
semangat untuk menyelesaikan makalah ini.
3. Serta teman-teman yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari dalam makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun dari dosen dan rekan-rekan maha siswa,
tetapi penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Atas kurang dan
kesalahan dalam penyusunan makalah ini, penulis mohon maaf serta kritik dan
saran dari pembaca. Harapan penulis semoga makalah ini dapat diterima dan
bermanfaat.
Bangko, April
2017
Penyusun
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang....................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
9.
Pengertian
Kepemimpinan Menurut Islam............................................. 3
10.
Ciri-ciri
Pemimpin Menurut Islam.......................................................... 5
11.
Prinsip
Kepemimpinan Menurut Islam................................................... 6...........
12.
Gaya
Kepemimpinan Dalam Islam......................................................... 7
13.
Sifat
Pemimpin Islam............................................................................. 8
14.
Kepemimpinan
Menurut Al-Quran......................................................... 9
15.
Kepemimpinan
Nabi Muhammad SAW. dan Sahabatnya................... 10
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan............................................................................................ 12
B.
Saran...................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
|
[1] Prof. Dr. Veithzal Rivai, M.B.A,
Kiat Memipin dalam Abad Ke-21, 2004, Jakarta, Raja Grafindo persada,hlm. 63-64.
[4] Prof. Dr. Veithzal Rivai, M.B.A,
Kiat Memipin dalam Abad Ke-21, 2004, Jakarta, Raja Grafindo persada,hlm. 65
[5] Prof. Dr. Veithzal Rivai, M.B.A,
Kiat Memipin dalam Abad Ke-21, 2004, Jakarta, Raja Grafindo persada,hlm.72-74.
[6] Prof. Dr. Veithzal Rivai, M.B.A,
Kiat Memipin dalam Abad Ke-21, 2004, Jakarta, Raja Grafindo persada,hlm. 74-79.
[7] Prof. Dr. Veithzal Rivai, M.B.A,
Kiat Memipin dalam Abad Ke-21, 2004, Jakarta, Raja Grafindo persada,hlm. 92-93.
[8] Dr. Thariq Muhammad as-Suwaidan,
Ir. Faisal Umar Basyarahil, Melahirkan Pemimpin Masa Depan, 2005, Jakarta, Gema
Insani, hlm. 171-185.
[9] Drs. K. Permadi, S.H., Pemimpin
dan Kepemimpinan dalam Manajemen, 1996, Jakarta, Rineka Cipta, hlm. 65-66
[10] Drs. K. Permadi, S.H., Pemimpin
dan Kepemimpinan dalam Manajemen, 1996, Jakarta, Rineka Cipta, hlm. 57-63.
[11] Al-Milal wan-Nihal I/24 atau
dilihat Dr Ali As salus, Imamh dan Khalifah dalam tinjauan Syar’i, Gema Insani
Press, Jakarta, hlm. 16.
[14] Drs. K. Permadi, S.H., Pemimpin
dan Kepemimpinan dalam Manajemen, 1996, Jakarta, Rineka Cipta, hlm. 96-97
Tidak ada komentar:
Posting Komentar